Bagian dari Sejarah

Oleh Vu Tra My Nguyen
Diterjemahkan oleh Zaenab Karimah

Jerman dulu bagiku hanya luar negri, sebuah negara asing dan tidak lebih. Aku tidak pernah tinggal di negara lain selain Vietnam. Walaupun begitu aku tidak berharap lebih ketika aku tiba di Jerman. Aku ingin semuanya mengalir. Menurutku orang akan mendapatkan lebih ketika memulai sesuatu dengan hati yang terbuka. Hal itu tidak salah. Setiap detik, menit, jam dan hari aku selalu belajar hal yang baru di Jerman. Jerman memenuhi rasa penasaranku sebagai kawula muda dan membuatku menjadi dewasa. Keputusanku untuk pergi merantau ke Jerman merupakan titik balik dalam hidupku. Terjadi begitu saja, hal itu juga bukan sesuatu yang buruk atau indah tapi membuat aku menjadi diriku yang sekarang.

Aku masih ingat kali pertamanya aku menginjakkan kakiku di Jerman, aku deg-degan dan penasaran untuk melihat sesuatu yang baru. Oleh karena itu aku memutuskan untuk sekedar jalan-jalan di sekitar tempat tinggalku. Aku tidak merasa khawatir sama sekali karena kupikir aku sudah memiliki pengalaman yang cukup soal traveling. Kenyataannya aku tersesat. Setelah berjalan lumayan lama di tengaah-tengah hutan. Di tengah-tengah hutan di dekat sungai Isar tiba-tiba ku menemukan beberapa rumah dengan tulisan ‚Flohmarkt‘. Salah satunya rumah kecil yang terlihat sangat ‚creepy‘. Di depannya duduk seorang bapak-bapak tinggi besar dengan janggut yang lebat. Aku sangat takut dan memutuskan untuk berlari meninggalkan tempat itu. Aku masih belum tau bagaimana aku pulang ke rumah. Untungnya ada seorang pengendara motor dengan jenggot juga bertanya apa yang aku lakukan disitu dan menunjukan jalan ke bus stasiun terdekat. Walaupun sejujurnya aku juga masih belum tau bus apa yang harus kutumpangi untuk pulang. Setelah beberapa lama, akhirnya aku tau bahwa tempat tersebut adalah tempat pertemuan lansia.

Karena aku orangnya selalu positiv thinking, aku tidak akan membiarkan dikompori oleh hal-hal tersebut. Selain itu karena aku kuliah di bidang keilmuan spiritual sosial, aku sangat berterima kasih ada di sini. Dimana di sini sangat mendalami dan menghormati seni, sejarah dan psikologi. Hal tersebut sangat bertentangan dengan negara tempatku berasal. Di Studienkolleg aku belajar untuk merasakan dan hidup di dalam seni dan sejarah. Waktu dan aku tidak kekal tapi aku disini untuk membuat sejarahku sendiri dan dalam waktu bersamaan aku adalah saksi sejarah dari keabadian di Munich. Munich dan aku sama-sama tumbuh, berganti dan bertumbuh. Aku sangat bangga karena memiliki kesempatan untuk mengenal Munich lebih dalam dan bahkan lebih baik dari orang-orang Munich sendiri. Aku sering berkata pada teman-temanku di Vietnam : Munich adalah kampung halaman keduaku.

Walaupun banyak hal indah disini satu hal aku masih belum bisa menyesuaikan diri yaitu tepat waktu. Seperti guruku di Studienkolleg selalu bilang : ‚Tepat waktu bagi kalian adalah kata yang asing‘. Setelah dua tahun hal itu masih belum berubah. Maybe better to life with it?

Sebagai orang asing di Jerman beberapa kesalahpahaman juga sering terjadi. Hal tersebut disebabkan karena Jerman merupakan negara yang internasional dan banyak orang dari berbagai belahan dunia tinggal di sini. Sejujurnya aku belum pernah mengalami hal tersebut dengan orang Jerman sendiri melainkan dengan orang dari negara lain. Ada beberapa situasi yang membuat aku marah bahkan sampai menangis. Walaupun begitu aku tidak berfikiran negatif tentangnya. Setelah mengalaminya aku belajar sesuatu yang baru dan bagaimana aku harus bereaksi. Dunia ini sangat rumit tapi juga indah pada waktu yang bersamaan.

Sebagai penutup aku ingin berterima kasih sampai sekarang aku di Jerman. Semuanya adalah pengalaman yang membuat aku belajar.

Maringi Balesan

Alamat email Sampéyan ora dijedulne utāwā dikatonke. Ros sing kudu diisi ānā tandané *